Rumah Tangga hingga Kantor, Sumber Sampah Indonesia 2024

Layanan konsumen & Kesehatan

Premium

Erlina F. Santika 15/04/2025 14:55 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Komposisi Sampah Indonesia Berdasarkan Sumber (2024)*

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

~~Rp100.000~~ 50.000/bulan

Hanya Rp416 per artikel

Lebih detail »

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Komposisi Sampah Indonesia Berdasarkan Sumber (2024)*

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Mengutip data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia diestimasikan menghasilkan 33,79 juta ton timbulan sampah sepanjang 2024.

Volume timbulan sampah pada 2024 lebih rendah 21,83% dari tahun sebelumnya yang sebesar 43,23 juta ton. Volume pada 2023 tercatat paling tinggi selama enam tahun terakhir.

Dibedah berdasarkan sumber penghasilnya, terbesar berasal dari rumah tangga, yakni 50,8% atau setengah dari total sampah Indonesia yang terhimpun pada 2024.

Selanjutnya, pasar, dengan proporsi 16,67%. Lalu ada sampah kawasan sebesar 11,31%. Disusul perniagaan sebesar 11,01%.

Di luar empat besar itu, proporsi kontribusinya kurang dari 10%. Sumber tersebut di antaranya perkantoran hingga fasilitas publik.

Sementara menurut komposisi jenisnya, terbesar berasal dari sisa makanan, yakni 39,36% dari total sampah pada 2024. Selanjutnya, ada sampah plastik dengan proporsi 19,64%.

Lalu ada sampah kayu atau ranting, sebanyak 12,62%. Disusul sampah kertas atau karton sebanyak 11,16%.

Sebagai catatan, data pada 2024 hanya mengoleksi 311 data kabupaten/kota, sedangkan Indonesia memiliki total 514 kabupaten/kota. Dengan demikian, volume aktualnya bisa jadi lebih tinggi dari yang tercatat.

Editor : Erlina F. Santika