Isu perubahan iklim belum menjadi prioritas bagi kebanyakan umat Islam di Indonesia.
Hal ini terlihat dari laporan survei Climate Action through the Eyes of Indonesian Muslims yang dirilis Purpose, lembaga advokasi isu internasional.
(Baca: 2024 Jadi Tahun Terpanas, Suhu Global Naik 1,6 Derajat Celsius)
Pada Agustus-September 2024 Purpose menyurvei 3.000 muslim di berbagai wilayah Indonesia.
Salah satu temuannya, mayoritas atau 60% responden menganggap lapangan kerja sebagai isu paling penting.
Angka itu terdiri dari 16% yang menjadikan lapangan kerja sebagai prioritas utama (top 1), dan 44% menempatkannya dalam tiga prioritas teratas (top 3).
Isu lain yang banyak diperhatikan adalah kesehatan, kemiskinan, dan pendidikan, yang secara total diprioritaskan oleh 56—59% responden.
Sedangkan isu lingkungan hanya diprioritaskan oleh kurang dari 50% responden, tepatnya 37% dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Banyak Perusahaan RI Belum Komitmen Net Zero Emission)
Menurut Purpose, hal ini terjadi karena isu-isu lingkungan, yang salah satunya adalah perubahan iklim, sering dibicarakan dengan gaya teoritis.
Mereka pun mendorong agar isu perubahan iklim disampaikan dalam konteks yang lebih diprioritaskan masyarakat. Misalnya, berapa banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan industri energi bersih, berapa gajinya, dan sebagainya.
"Jika tidak ditangani, krisis iklim akan menambah beban ekonomi, meningkatkan risiko masalah kesehatan, dan memperburuk ketimpangan sosial-ekonomi," kata Purpose dalam laporannya.
"Sebagai penggiat iklim, kita perlu mengomunikasikan hal ini dengan lebih jelas untuk meningkatkan urgensi dan memprioritaskan agenda iklim," lanjutnya.
(Baca: 1 Miliar Orang Bisa Terancam Kekeringan akibat Pemanasan Global)