Menurut temuan Deloitte dalam 2025 Gen Z and Millennial Survey, sebanyak 31% gen Z dan 32% milenial di dunia memutuskan tidak melanjutkan pendidikan tinggi.
Beberapa responden memilih alternatif lain, seperti vokasi, magang, atau memilih bidang yang menawarkan pembelajaran skill dan beban keuangan lebih rendah.
Ada sejumlah alasan yang mempengaruhi keputusan Gen Z dan milenial untuk tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi. Bagi dua generasi ini, kendala keuangan termasuk pendorong utamanya dengan masing-masing persentase 39%.
Keadaan keluarga atau pribadi turut mempengaruhi keputusan tidak lanjut kuliah, dipilih 34% gen Z dan 42% milenial. Selain itu, mencari fleksibilitas dan belajar yang sesuai keinginan, dipilih 26% gen Z dan 22% milenial.
Alasan-alasan lain yang turut mempengaruhi keputusan tidak melanjutkan pendidikan tinggi adalah mau mencari karier yang tidak memerlukan gelar universitas, kurangnya minat pada pendidikan tradisional, dan kekhawatiran dengan beban pinjaman mahasiswa di masa depan.
Dua alasan terakhir adalah berencana menjadi wirausaha dan perkembangan teknologi membuat dua generasi ini merasa pendidikan tinggi tidak memberikan keterampilan yang mereka butuhkan, dengan proporsi terlihat pada grafik.
Laporan 2025 Gen Z and Millennial Survey yang dilakukan Deloitte melibatkan 23.482 responden yang terdiri dari 14.751 Gen Z dan 8.731 milenial dari 44 negara di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Afrika, dan Asia-Pasifik.
Survei dilakukan dengan wawancara daring bergaya pengisian mandiri dan data lapangan diselesaikan antara 25 Oktober-24 Desember 2024. Selain itu, wawancara kualitatif juga dilakukan antara 19 Desember 2024-10 Januari 2025.
Responden Gen Z dalam survei ini lahir antara Januari 1995-Desember 2006. Sedangkan responden milenial lahir pada Januari 1983-Desember 1994.
(Baca: Ini Negara yang Mahasiswanya Banyak Utang Demi Kuliah)