Menurut Reuters Institute, warga Indonesia masih mengakses media tradisional yang meliputi televisi (TV), media cetak, dan radio.
Pada awal 2025, TvOne menjadi media televisi yang paling banyak diakses atau ditonton warga Indonesia dalam sepekan dengan proporsi 39% dari total responden. Bila dihitung dalam pemakaian sedikitnya tiga hari per pekan, media ini juga paling unggul dengan tingkat keterpilihan 28%.
Urutan kedua diisi media cetak, yakni Harian Kompas, yang dipilih 36% responden. Setelahnya, Metro TV, memiliki keterpilihan sebanyak 34%.
Kompas TV menyusul di posisi keempat dengan proporsi 31%. Lalu, SCTV sebanyak 28%.
Sisanya ada TransTV, CNN Indonesia, RCTI, Indosiar, Media Indonesia dalam daftar 10 besar dengan rincian sebagai berikut:
- TVOne (televisi): 39%
- Kompas (cetak): 36%
- Metro TV (televisi): 34%
- Kompas TV (televisi): 31%
- SCTV (televisi) 28%
- TransTV (televisi): 26%
- CNN Indonesia (televisi): 24%
- RCTI (televisi): 23%
- Indosiar (televisi): 16%
- Media Indonesia (cetak): 15%.
Menurut analisis Reuters Institute, penggunaan sumber berita dari media cetak dan televisi terus tergerus oleh media sosial, terlebih saat Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden pada Oktober 2024.
Pemilihan umum pada Februari sebelumnya memang memberikan dorongan sementara untuk media lawas, namun tetap ada penurunan minat secara keseluruhan pada semua sumber berita, termasuk media online dan media sosial.
Reuters Insititute juga menyoroti pendanaan yang berkembang di industri media Indonesia. Menurutnya, meskipun tidak ada penutupan besar-besaran terhadap media pada 2024, media di Indonesia terus mengalami penurunan pendapatan iklan.
Salah satu pendorong melesunya pendapatan di industri tersebut karena adanya pemotongan anggaran negara untuk program makan bergizi gratis (MBG) di sekolah hingga Rp306,7 triliun (US$ 3,1 miliar).
"Hal ini memiliki dampak yang tidak terduga pada kesehatan organisasi berita, karena iklan pemerintah di tingkat nasional dan provinsi mengering," tulis Reuters Institute dalam laporan Digital News Report 2025, dikutip pada Selasa (24/6/2025).
Dalam pandangan Reuters Institute, kebijakan tersebut membuat perusahaan media di Indonesia bereksperimen dengan kemitraan baru, model pembayaran elektronik, dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence), karena organisasi media mulai menggunakan AI untuk segala hal.
"AI [digunakan] dari penulisan berita utama dan kata kunci [pencarian], hingga pembawa acara berita AI dan pembacaan doa Muslim yang dibuat oleh AI," tulis Reuters Institute.
Sebagai informasi, survei Digital News Report 2025 khusus Indonesia menyasar 2.028 responden yang digelar secara online pada Januari-Februari 2025. Secara total, ada 97.055 yang disurvei dari sejumlah negara pada tahun ini.
(Baca: Media Online yang Paling Banyak Dibaca Warga Indonesia Awal 2025)