Berdasarkan pengamatan Fortinet, perusahaan keamanan siber di Amerika Serikat, bukti atau dokumen (kredensial) bukanlah satu-satunya komoditas berharga yang dicuri untuk dijual di dark web atau darknet.
Pada 2024, Fortinet menemukan ada peningkatan yang signifikan di darknet terkait aktivitas kelompok initial access brokers (IAB) atau pihak yang menjual akses langsung ke infrastruktur perusahaan.
“Layanan ini memungkinkan para penyerang untuk menyusup ke jaringan tanpa perlu mencari dan mengeksploitasi kerentanan,” ungkap Fortinet dalam 2025 Global Threat Landscape Report di bagian Bisnis Infiltrasi Perusahaan.
Berdasarkan pemantauan Fortinet, IAB menawarkan lebih dari sekadar kredensial individual. Sebab, ada beberapa aset mereka yang berhubungan dengan perusahaan yang paling dicari penjahat siber, seperti:
- Kredensial virtual private network (VPN) perusahaan: 20%
- Akses remote desktop protocol (RDP): 19%
- Panel admin: 13%
- Webshells: 12%
(Baca: 10 Negara yang Banyak Kirim Spam Email ke Indonesia pada 2024)
Sebagai informasi, RDP adalah sistem yang membuat pengguna bisa mengakses dan mengendalikan komputer dari jarak jauh. Sementara webshells adalah skrip berbahaya yang dipakai untuk memberikan akses dan kontrol jarak jauh ke server web.
“Grup IAB seperti Sandocan (26%), F13 (16%), dan JefryG (12%) memimpin ekonomi ini, menawarkan akses jaringan internal yang telah berhasil dibobol kepada para penjahat siber saat ini dan yang ingin menjadi penjahat siber,” kata Fortinet.
Adapun 2025 Global Threat Landscape Report, secara umum mengungkap para pelaku kejahatan siber bergerak lebih cepat dari sebelumnya, mengotomatiskan pengintaian, memperpendek waktu antara pengungkapan kerentanan dan eksploitasi, serta meningkatkan operasi mereka melalui industrialisasi kejahatan siber.
Di semua fase serangan, FortiGuard Labs—bagian dari Fortinet—mengamati jika aktor ancaman memanfaatkan otomasi, alat komoditas, hingga kecerdasan buatan (AI) dalam menjalankan aksinya.
(Baca: Data Pemerintah RI Banyak Tersebar di Darknet)